Monday, January 09, 2006

Progo River, a right place to rise your adrenalin

Minggu sore kemarin (8/1/2006) jam 18.30 aku dan suami udah duduk manis nongkrongin tayangan TV. Iya, aku nungguin nonton tayangan "Lintas Batas" di Global TV yang akan muterin pengarungan Sungai Progo, Jawa Tengah oleh teman-teman PALAPSI Desember yang lalu. Tayangan sendiri cukup singkat, durasi 30 menit, diawali dengan sekilas info tantang sungai Progo, keganasan jeram-jeramnya, dan cerita kilas balik anggota PALAPSI yang menjadi korban keganasan sungai Progo.

Bagi penggemar olah raga arung jeram, penyuka tantangan (bahasa kerennya di Psikologi : Risk Taker & Sensasion Seeker), Progo memang menjanjikan itu semua. Jeram-jeramnya yang panjang-panjang, dan beberapa termasuk kelas IV, gradien sungai yang cukup tinggi, cukup membuat nyali bergetar. Apalagi ditambah dengan cerita banyaknya korban keganasan sungai ini, baik dari kalangan pengarung jeram atau penduduk. Hanya dengan persiapan matang, kekompakan team dan skill dari skipper yang handal dan berpengalaman yang dibutuhkan untuk bisa mengarungi jeram-jeram Progo dengan selamat. Sepengetahuanku, sampai saat inipun Sungai Progo tidak dibuka untuk pengarungan wisata model S. Citarik di Jabar atau S. Ayung di Bali. Barangkali karena resikonya yang terlalu besar bagi wisatawan.

Masa-masa di
PALAPSI dulu pun biasanya menerapkan sistem latihan yang bertahap sebelum anggota baru diperbolehkan mengarungi Progo. Yang pertama....mendayung di selokan Mataram dulu, untuk memperbaiki teknik mendayung dan to increase your power. Huahaha kebayang enggak sih air selokan Mataram yang coklat dan merupakan tempat pembuangan limbah rumah tangga sekitarnya. Tapi dengan semangat Never Give Upnya PALAPSI (NGU), para anggota baru ini tetap berlatih di selokan, walaupun dengan resiko setelah itu ....badan berbau anyir dan gatal bukan main. Step kedua, mengarungi sungai yang gradenya tidak terlalu tinggi. Dekat Yogyakarta, S. Elo merupakan tempat yang paling sering untuk latihan. Baru setelah memiliki "jam arung" (bukan jam terbang) yang cukup di S. Elo baru kita diajak mengarungi S. Progo.

Aku ingat pengarungan pertamaku di Progo sekitar tahun 1995. Pertama kali melihat sungainya di tepiannya....rasanya pengen pulang saja. Lebar sungainya yang 2-3 kali dari S. Elo yg biasa jadi tempat latihan, belum lagi airnya yang secoklat susu coklat, dan terlebih lagi....aku ini tidak bisa berenang (ini bukan NGU tapi nekad berat). Air yang coklat ini akan menyulitkan mencari pendayung yang terlempar. Untungnya para skipper
PALAPSI memang benar-benar bisa dihandalkan. Selama pengarungan demi pengarungan (entah sudah berapa kali) di S. Progo, belum pernah kecemplung. Doaku sepanjang pengarungan Progo biasanya : "Ya Tuhan jangan sampai terbalik", "Ya Tuhan jangan sampai aku atau temanku kecemplung", "Bapak, Ibu maafkan aku kalau terjadi apa-apa". Anehnya tetap saja aku mengulanginya berkali-kali kesana hahaha. Belum lagi pengarungan Batang Sinamar (Sumareta Barat) yang benar-benar masih perawan tahun 1997. Berbekal peta yang terbatas dan sekali lagi NGU, sungai ini benar-benar menawarkan tantangan yang boleh dibilang sekelas Progo, bahkan lebih banyak memberikan kejutan dengan jeramnya yang panjang-panjang tidak putus-putus, tonggak-tonggak karang dan batu -batu runcing di tengah sungai, bahkan air terjun yang terpaksa kita tidak mungkin mengarunginya. Bedanya dengan Progo sungai ini benar-benar masih perawan, airnya biru jernih, dan pemandangan dan hutan tropis yang eksotis. Its only once in a life time....
Itu 10 tahun yang lalu.......sekarang benar-benar aku ini jadi chicken. Melihat tayangan kemarin, baru aku mikir, gila juga ya dulu nekad habis. Lihat jeram-jeramnya, dan aku sampai sekarangpun tetap tidak bisa berenang. Pantas dulu Bapak-Ibuku selalu menentang habis kegiatan ini...dan aku selalu berhasil kabur (hehehe).

Sekarang jika ada kesempatan arung jeram dan kumpul-kumpul, aku lebih memilih arung jeram wisata yang aman, dan tidak perlu capek-capek mendayung. Kebetulan di sekitar Jawa Barat banyak sungai-sungai yang dikelola untuk tujuan ini. Dua tahun yang lalu, ngumpul bersama dengan beberapa teman PALAPSI, dan ber'fun rafting' di sebuah sungai di Jawa Barat yang dikelola oleh salah satu operator. Benar-benar pengarungan turis, dan kita harus menuruti komando skipper dari operator. Kebayang donk muka teman-temanku yang dulu para mantan skipper di Progo, gondok berat kalau ingin mengambil jalur lain yang lebih menantang tapi dilarang oleh skipper dari operator. Sepanjang pengarungan kita saling mengejek tentang itu, hahaha. Habis kentara banget raut mukanya tidak puas. Foto dibawah ini adalah foto para mantan skipper PALAPSI setelah ber 'fun rafting'.


By the way, what if in the future Shorai pengen terjun ke aktifitas ini? Waduh kayaknya emaknya akan seperti orangtuaku dulu, atau bahkan lebih strict karena emaknya sudah tahu resikonya seperti apa. "Shorai, 'fun rafting' aja dech kalau kamu pengen". "Kamu boleh ikut kegiatan apa saja asal jangan yang ini...". Yang lucu papanya Shorai selalu pengen turun ber "fun rafting" kalau lagi main ke Citarik... "Papa, NO, ga boleh ga boleh ga boleh". Arief : "Lho kenapa say, ini kan Citarik ga papa, lagian dulu kamu juga suka kegiatan ini?" . Speechless dech...

No comments: