Monday, January 21, 2008

Apakah anak SN lebih susah diurus?

Apakah mengurus anak “SN” lebih susah daripada yang “non SN” ?
Jawabanku adalah : RELATIVE
Mau tidak mau aku mengamati para kerabat yang punya anak “non SN” untuk mencari jawaban.
Ilustrasi hasil pengamatanku berikut ini dari para kerabat yang memiliki anak “non SN” :

Masalah Makan
Seorang kerabat yang punya anak usia 3 tahun mengeluh karena anaknya susah makan, jika makan harus digendong keliling kompleks, bahkan hujan2, malam 2 sekalipun, demi anaknya mau makan. Selain itu makannya diemut, sehingga harus diblender halus, walaupun giginya sudah lengkap. Baru diusia 3 tahun ini anaknya mau makan nasi. Susu juga ga mau nyedot sehingga kerabatku ini tengah malam pun harus bangun demi menyuapi susu dengan sendok ke sang anak.

Anaknya kakakku sampai sempat dirawat di rumah sakit selama 10 hari karena mogok makan. Ususnya jadi lengket dan perutnya sakit. Gadis kecil kelas 4 SD ini benar benar mogok makan.

Anaknya iparku ada yang sangat tidak doyan sayur. Jika ada sepotong sayur di nasinya, langsung semua dimuntahkan. Usianya 4 tahun.

Adik dari anak yang mogok makan, justru kebalikannya,makannya tidak bisa distop. Badannya gembul sekali, 4 tahun beratnya 27 kilo. Hobinya jajan, dan memanggil tukang jajanan di rumah. Bisa terbayang pusingnya kakakku karena tukang roti dan makanan jadi demen mangkal di depan rumahnya. Belum lagi anaknya suka jalan sendiri ke warung beli jajan,ngebon tanpa setahu ibunya. Tahu tahu tiap akhir bulan selalu ada tagihan dari warung dekat rumah (huaha). Si anak ini saking ga bisa control makan, sering sampai kenyang pun ga mau berhenti, sehingga makanan dijejalkan sampai muntah. Sampai saat ini kakakku belum menemukan cara untuk mengontrol nafsu makan si adek ini.

Masalah perilaku
Anaknya adikku sangat pendiam dan pemalu. Walau di kelasnya ranking dan jago music, temannya sangat terbatas, hanya 1-2 orang dikelas.

Anak iparku sangat keras kepala, jika dilarang akan menggunakan senjata tangisnya yang super kencang, kapan saja dan dimana saja. Di mall sekalipun, jika keinginannya belum dituruti, dia akan nangis kencang dan berbaring di lantai.

Ada anak teman yang suka tiba tiba nyelonong ke rumah tetangga tanpa permisi, masuk, dan langsung mengambil mainan dan bermain dengan cueknya. Membujuknya pulang agak susah.

Anak saudaraku ada yang kalau pergi ke rumah orang suka membuka kulkas tanpa permisi.

Anak iparku ada yang suka mukul , termasuk memukul orangtuanya, saudaranya, nenek dan pembantunya. KAdang dia juga meludahi atau menyemburkan air minum ke muka orang. Sangat menjengkelkan.

Masalah tidur

Anak saudaraku ada yang suka tidurnya baru tengah malam. Kalau dia ga tidur, dia mengganggu yang lain, baik dengan cara membangunkan orang lain untuk diajak main, jika keinginannya tidak dituruti nangis super kencang di tengah malam. Sangat kencang, menyakitkan telinga sehingga tetangga sekitarpun mendengar. Sangat mengganggu orang2 serumah yang sudah tidur, jadi semua terbangun. Sering yang dewasa sekitarnya jadi emosi karenanya, karena sudah larut malam, capek dari kerja.

So ilustrasi diatas mematahkan anggapan orang bahwa anak “SN” lebih sukar diurus. Yang “non SN” pun ada masalah2 yang sukar diurus, kadang melebihi anak yang SN.


Sebagai contoh Dzaki yang tadinya sukar makan, Alhamdulillah sudah terbiasa makan di kursi, suka makan sayur, dan sekarang makannya tambah banyak. Makanan yang kasarpun mulai mau. Masalah perilaku marah, Dzaki marahnya sebentar, paling nangis ga lama dan tidak pernah ditempat umum. Masalah tidur aku juga bersyukur tidurnya sudah teratur, dan jika begadang sedikit, dia asik dengan buku, corat coret atau menyelesaikan “PR” loncat loncat. Jadi ga nangis menjerit tengah malam. Mungkin juga ini hasil dari kebiasaan yang dibangun atau latihan. Jadi menurutku anak yang "non SN" pun perlu dilatih jika ada masalah yang mengganggu.

No comments: